Allah Ta’ala Menjaga Al-Qur’an
Tanda-tanda yang menunjukkan akan kebenaran kenabian dan kerasulan Muhammad saw adalah Al-Qur’an, kitab suci ummat islam hingga hari ini, bahkan sampai hari kiamat akan tetap terjaga kebenarannya,. Al-Qur’an benar-benar dijaga dengan penjagaan yang sempurna dan menjadi satu-satunya kitab samawi yang masih original. Hal itu dikarenakan Dia-lah Allah Ta’ala yang kuasa menjaganya. Allah tundukkan semua yang Dia kehendaki dengan Al-Quran melalui banyak sebab. Para ulamanya dipilih untuk menjaganya di berbagai kancah pertarungan. Anak-anak pun menjaganya di tempat-tempat pendidikan. Suara dan bentuk tulisannya sangat memiliki ragam keindahan. Ia dibaca oleh para ahli qiroah di masjid-masjid, para ulamanya menafsirkan di makhad dan pondok serta rumah-rumah.
Seorang ulama besar dari Andalusia bernama Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al-Baji yang lahir pada tahun 1013 dan wafat pada tahun 1081, beliau pernah berkata, “Kitab kami yang terjaga ini dihafal oleh orang tua dan anak kecil, tidak ada penambahan dan pengurangan, kitab yang dibaca oleh penduduk dunia bagian timur itu sama dengan yang dibaca penduduk dunia bagian barat tanpa ada penambahan huruf atau lafat dan tidak ada perbedaan harokat, tidak pula titik.”
Allah Taala telah menjamin akan penjagaannya dari segala upaya dan makar orang-orang yang akan menyimpangkan, baik lafat atau maknanya. Allah Taala berfirman:
Sesungguhnya Kami sendiri yang menurunkan Adz-Dzikro (al-Quran) ini kepada hati Muhammad sebagai peringatan buat manusia dan Kami juga yang menjaga dari penambahan dan pengurangan, penyimpangan dan penggantian. (Al-Mukhtashar fi at-Tafsir: Al-Hijr ayat 9)
Cara Allah menjaga al-quran adalah dengan menghadirkan para pewaris nabi, yaitu para ulama dan orang-orang yang istiqomah mengamalkan kandungannya. Pengamalan yang sempurna adalah lahir dari tadabbur terhadap kandungan isi Al-Quran. Maka orang yang rutin mentadaburi Al-Quran adalah para penjaga Al-Quran yang Allah kehendaki, dan hanya dengan mentadaburinya seseorang akan mendapatkan kesempurnaan dalam beramal. Allah Taala berfirman:
Sesungguhnya al-quran ini Kami turunkan kepadamu (wahai nabi) yang mengandung banyak kebaikan dan manfaat (penuh berkah), Kami turunkan supaya manusia mentadaburi ayat-ayatnya dan memikirkan makna-maknanya, dan agar orang-orang yang memiliki akal itu mendapatkan nasihat. (Al-Mukhtashar fi at-Tafsir, surat Shaad ayat 29, min kulli surotin faidah, Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani: 6-7)
Penjaga Al-Quran, di antaranya adalah para penghafalnya dan para penuntut ilmunya di madrasah-madrasah, pondok-pondok, dan tempat-tempat pendidikan yang di dalamnya mengkaji makna ayat-ayat Al-Quran. Mereka adalah keluarga Allah dan orang khususnya sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw:
Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia. Para sahabat bertanya, siapa mereka wahai rasulullah? Beliau bersabda: ahli quran, mereka adalah keluarga Allah dan orang khusus-Nya. (diriwayatkan oleh Al-Mundziri di dalam At-Targhib wa at-tarhib, dari Anas bin Malik:2/303 dengan sanad shahih)
Menjadi penghafal Al-Quran akan dimasukkan dalam daftar keluarga Allah. Jika demikian APAKAH MUNGKIN hamba yang menjadi pilihan Allah, pencipta langit dan bumi beserta isinya, pemilik segala sesuatu, dan pengatur seluruh alam, mereka akan menjadi golongan yang merugi di dunia dan akhirat….. ? itu tidak mungkin. Sebab Dia telah berjanji dan siapa yang lebih menepati janjinya selain Allah ….?
Tidak ada satupun yang lebih menepati janji melebihi dari janji dari Allah. (Al-Mukhtashar Fit Tafsir: surat At-Taubah:111)
Bergembiralah orang-orang yang dengan kesabarannya mampu menghafal dan mengamalkan Al-Quran, sebab itu adalah sebuah hakikat kemenangan. Sungguh beruntung mereka yang telah dijadikan keluarga oleh Allah Taala di bumi. Hidupnya akan selalu diliputi keberkahan, sakinah, bahagia walaupun dalam keadaan sulit, dan selalu diberi kelezatan dalam beribadah.
Kehendak Allah pastilah terwujud, yaitu menjadikan Al-Quran tetap terjaga, meskipun banyak haba-Nya yang membenci. Allah Taala mengibaratkan dengan cahaya, ada orang-orang yang ingin memadamkan cahaya Allah, tetapi Dia selalu menghadirkan para pembela-pembela-Nya. Mereka tetap melontarkan kebencian dan menghalangi dari jalannya, tetapi kehendak Allah tetap tidak berubah, bahwa Dia enggan menuruti keinginan besar mereka, Dia menginginkan agar cahaya itu tetap menyala, meskipun mereka tetap tidak suka.